Satu persatu bulir air
hujan jatuh membasuh bumi. Semakin lama air itu semakin deras, membuat semua
orang berlari untuk berlindung darinya. Namun Nugie tak beranjak dari
tempatnya, membiarkan baju hitamnya basah kuyup terkena air hujan. Di depan
sebuah pusara air mata Nugie tumpah tak terbendung, seakan tak mau kalah dengan
derasnya hujan. Dia tak bisa memaafkan dirinya atas kematian sahabatnya,
sahabat yang dicintainya.
***
“Yupz! sudah diputuskan” kata Keysa dengan tekad bulat dan pancaran mata penuh
semangat.
“Malam ini ‘Keysa Puspitasari’ menyatakan bahwa besok akan menyatakan cinta kepada ‘Nugie Pratama’. Kalau kata Vierra sih aku tak mau menunggu terlalu lama. hehe.. Tapi bagaimana seumpama aku ditolak?” kening Keysa pun berkerut.
Nugie merupakan teman sekelas Keysa. Dengan perawakan jangkung, putih bersih, cuwek (baca: cool), dan jago basket sudah cukup mampu menarik perhatian para gadis. Keysa sangat bangga dengan dirinya sendiri. Pasalnya dia adalah anak perempuan satu-satunya yang bisa dekat dengan Nugie, sang pangeran berkuda putih di sekolahan. Hal ini tidak lain karena Keysa teman sekelas dan sebangku Nugie. Lama kelamaan hubungan pertemanan itu berubah menjadi persahabatan. Dimana ada Nugie pasti disitu ada Keysa.
Namun hanya satu yang dibingungkan Keysa tentang Nugie “Kok sejak pertama sahabatan, Nugie belum pernah punya pacar? Atau jangan-jangan dia gay lagi. Idiih.. amit-amit! Jadi ini alasannya kenapa selama ini dia selalu nolak wanita yang nembak dia? Masak iya sih. Gak mungkin,. gak mungkin.” Pikiran Keysa menjadi nglantur setiap kali nama Nugie masuk ke dalam otaknya. Diapun berusaha keras menghilangkan pikiran-pikiran paranoia itu dan menenangkan diri dengan berpikir bahwa mungkin Nugie belum menemukan wanita yang diidamkannya. Sebelum pikiran itu menjadi-jadi, dia segera menutup buku hariannya dan bergegas tidur.
Dengan semangat tinggi Keysa memasuki gerbang sekolah. Tanpa ia sadarai ada sebuah mobil mewah memasuki kawasan sekolah. Mobil itu berhenti dan muncullah sosok yang diidamkan Keysa. Keysa ragu-ragu untuk menyapanya. Nugie yang ia kenal selalu naik sepeda ke sekolah. “Apakah benar itu Nugie?” ia terus bertanya-tanya. Dia belakang Nugie keluarlah seorang wanita cantik dengan kaki jenjang, rambut panjang, pokoknya idaman para laki-laki deh. Keysa bahkan tak yakin pernah menjumpai wanita itu di sekolahnya. Setelah mengantarkan Nugie, wanita itu kembali ke dalam mobil dan segera pergi.
“Kurasa wanita itu bukan berasal dari sekolah kita”,kata salah seorang wanita di samping Keysa yang juga mengamati wanita yang baru mengantarkan Nugie. “Seragamnya saja berbeda dengan kita”, tambahnya. “Wah.. gak ada kesempatan dong buat aku”, kata temannya dengan mimik muka sedih.
“Aku juga”, batin Keysa dalam hati.
Selama perjalanan menuju kelas, Keysa tampak bingung dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tiba-tiba dari belakang ada seorang yang merangkulnya. “Hei cantik?” sapa Doni, “Kenapa wajahmu kusut sekali? memikirkan aku ya? tambahnya cengengesan. Tetapi Keysa tak memberikan respon sedikitpun dan semakin mempercepat langkahnya.
“Hei, kenapa sih?” kata Doni berusaha mengimbangi langkah kaki Keysa. Mungkin Doni mengetahui siapa wanita itu, dia kan sahabat Nugie sejak kecil. Pasti Nugie sering cerita tentang wanita yang disukainya kepada Doni. Seketika itu Keysa menghentikan langkahnya yang membuat Doni ikut berhenti mendadak.
Baru Keysa ingin bertanya, namun bel sekolah mendahuluinya. “Enggak jadi, kapan-kapan aja deh aku tanya lagi,” katanya sambil melempar senyum kepada Doni. Senyuman inilah yang membuat Doni menjatuhkan pilihan hatinya kepada Keysa. Namun Keysa seolah tak peduli dengan sikap dan semua perhatian yang dia berikan. Di depan kelas mereka berpisah, Doni berbeda kelas dengan Keysa.
Keysa masih bisa melihat Doni dan Nugie berhigh five di depan kelas. Melihat wajah Nugie membuat Keysa ingat akan kejadian barusan. Rencana yang sudah dia persiapkan jauh-jauh hari terancam gagal total. Jika benar cewek itu pacar Nugie, berarti sudah tidak ada tempat di hati Nugie untuknya. Hal itu berarti Keysa harus mengubur hidup-hidup perasaan yang selama ini dia pendam. Tapi apakah setelah itu mereka masih bisa berjalan sebagai sahabat seperti semula? Bukankah akan terasa menyakitkan jika terus di dekatnya. Keysa semakin bingung dengan pikiran-pikiran paranoid yang antre di kepalanya.
“Hai Cicak?” Ledek Nugie, namun Keysa malah melengos pergi.
Nugie sadar ada yang berubah dengan Keysa. Nugie menebak-nebak apa yang terjadi dengan sahabatnya satu ini hingga membuatnya menjadi aneh. “Apa bau badanku gak enak?” batin Nugie tak yakin. Segera dia menciumi bajunya,“Wangi kok, Trus apa?” Seketika itu raut wajah Nugie cerah. Dia telah mengetahui apa penyebab perubahan sikap Keysa. “ Ini pasti masalah yang sangat penting, sangat sensitif, sangat temperamen, dan bila salah sedikit bawaannya mesti marah-marah, kalau gak gitu jutek. Aku tahu masalah ini, dia pasti lagi jeng..jeng..‘SAKIT GIGI’. Haha..” Nugie cekikikan sendiri dengan pikiran konyolnya. Sementara di sampingnya Keysa hanya duduk diam, menyimpan seribu tanya.
Nugie yang sedari tadi mengamati Keysa merasakan perubahan yang amat sangat dan justru hal ini sangat mengganggu Nugie. Pasalnya setiap hari mereka bercanda, tertawa bersama, dan saling mengejek satu sama lain. Satu-satunya yang membuat Nugie betah di kelas adalah Keysa. Tetapi hari ini, menolehpun tidak Keysa lakukan. Setiap pertanyaan yang Nugie sampaikan tidak pernah dijawabnya, atau hanya dijawab Keysa dengan singkat.
“Sekaranglah waktunya,” batin Keysa setelah bel akhir tanda pelajaran telah usai berbunyi. Kali ini Keysa berniat menanyakan semua hal yang mengganjal pikirannya kepada Nugie. Dia menunggu waktu agak lama sampai semua teman sekelasnya meninggalkan kelas. Namun tak disangka Nugie malah memelototinya, dan tak lama setelah itu dia memeberondongi Keysa dengan banyak pertanyaan.
“Cak lo napa sih? Marah ya sama gue? Kalau lo marah sama gue bilang dong, jangan diam saja. Kalau lo diam, mana gue tahu?” tanya Nugie dengan nada agak jengkel.
Butuh waktu agak lama bagi Keysa untuk mencerna pertanyaan yang dilontarkan Nugie barusan. “ Kau ingat bagaimana pertama kali kita bertemu?” kata Keysa. ”Kita berada dalam daftar siswa baru yang mendapatkan hukuman. Kau duduk di sebelahku dengan memakai seragam SMP dan topi kantong plastik. Itu merupakan suatu kenangan yang lucu, hingga akhirnya kita menjadi sahabat sampai saat ini,” tambahnya. Sedangkan Nugie berusaha mencerna apa maksud perkataan Keysa barusan.
“Tapi aku salah, sangat salah. Maafkan aku karena aku tidak bisa menjaga persahabatan ini dengan baik,” lanjut Keysa yang membuat Nugie kebingungan. “Aku memiliki perasaan yang lebih dari sekedar sahabat. Aku tahu ini tidak salah, tetapi diriku sendiri tidak bisa menghindarinya. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Keysa kepada Nugie.
Nugie hanya diam, dia tidak tahu harus memberikan respon apa kepada Keysa. Batinnya tidak percaya apa yang barusan Keysa ucapkan, pernyataan cintakah? Haruskah dia senang karena ternyata Keysa memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun saat ini ada Nadine di sisinya.
Doni yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Keysa dengan Nugie dari balik pintu menyadari bahwa satu-satunya laki-laki yang ada di hati Keysa adalah Nugie. Seberapa keraspun dia berusaha untuk mendapatkan cinta Keysa, namun semua itu hanya sia-sia. Dia pun beranjak pergi dari tempat itu.
“Astaga..!” kata Keysa kaget. “Kau berpacaran dengan gadis yang tadi pagi?” tambahnya. “Maksudku.. pin yang ada di tasmu. Apakah itu inisial nama kalian berdua, NN?”
“Hah?” kata Nugie linglung, berharap Keysa tak pernah menanyakan hal itu. “Oh ini.. Memang benar ini adalah inisial namaku dengan Nadine. Kami jadian kemarin” kata Nugie menunduk, dia terpaksa harus mengatakan ini. Cepat atau lambat Keysa pasti akan mengetahuinya walaupun berusaha dia tutupi.
“Maaf Sa, bukan maksudku untuk menyakitimu. Tapi memang sebaiknya kita bersahabat saja. Kamu adalah orang yang special bagiku dan aku tak bisa melukai hatimu Sa. Aku tahu jika bersamaku, kau akan banyak terluka” kata Nugie dengan suara yang hampir pecah, suaranya seperti tertahan di kerongkongan.
Mendengar kenyataan ini membuat Keysa tak kuasa menahan bulir-bulir halus keluar dari matanya. Mungkin dia akan terima jika Nugie menolaknya sebelum dia memiliki Nadine. Tapi penolakan ini seolah cintanya telah direbut oleh gadis lain dan itu amat perih.
Nugie menoleh kepada Keysa dan kaget melihat Keysa menangis. “Kau tak apa-apa?” tanya Nugie berusaha menghapus air mata di pipi Keysa. Namun Keysa menepisnya dan menghapus air matanya sendiri. “Kau kira aku selemah itu? Aku tak apa-apa” kata Keysa berusaha tegar. Air matanya semakin tak terbendung walaupun berkali-kali dihapusnya. “Aku…aku tak apa-apa” katanya sembari berlari keluar kelas meninggalkan Nugie.
Keysa berlari dan terus berlari. Air matanya semakin banyak keluar. Dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, malu kalau ada murid lain yang melihat dia sedang menangis. Keysa berlari semakin cepat tak memedulikan teriakan Nugie yang memanggilnya. Dia tak sadar bahwa dirinya telah berlari melewati gerbang sekolah. Tanpa dia sadari dari arah kanan ada sebuah metromini yang melaju dengan kencang. Dan akhirnya..
“Ciiiiiiiit……..Bruk!!!!!”
Keysa masih bisa melihat Nugie berlari menghampirinya. Dia juga mendengar Nugie memanggil-manggil namanya. Namun sedikit demi sedikit pandangannya buram, dia juga tidak bisa mendengar suara Nugie lagi. Dan semuanya menjadi gelap.
Di pojok kamar itu ada seorang anak laki-laki yang tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri, sesekali dia memukul kepalanya dengan kedua tangannya tanda dia sangat frustasi. Dari matanya terus keluar bulir-bulir air yang semakin lama semakin deras. Sorot matanya terus mengikuti lembar demi lembar buku harian yang ada di genggamannya. Tak lain orang itu adalah Nugie.
Buku harian itu milik Keysa. Kata demi kata di dalamnya mengisyaratkan betapa besar cintanya kepada Nugie. Dia menuliskan semuanya dari awal, saat mereka pertama kali bertemu, doa-doa Keysa setiap malam yang ditujukan untuk Nugie, dan terakhir yaitu kebulatan tekad Keysa untuk menyatakan perasaannya kepada Nugie.
Membaca itu semua hati Nugie semakin sakit dan dipenuhi penyesalan. Jika saja dia menuruti kata hatinya dan menerima cinta Keysa, pasti semua ini tak akan terjadi. Dia pikir persahabatannya dengan Doni adalah segalanya. Beberapa minggu yang lalu Doni mengatakan bahwa dirinya menyukai Keysa dan minta tolong Nugie untuk membantunya. Sebagai sahabat dia tidak mungkin menolak permintaan sahabatnya sendiri. Untuk itu dia terpaksa menutup hatinya untuk Keysa dan menerima wanita lain sebagai kekasihnya.
Kini yang tertinggal hanyalah penyesalan yang sangat dalam di hati Nugie. Seberapa besarpun usaha Nugie untuk tegar, namun kenangan akan Keysa akan terus melekat sampai akhir hayatnya. Dia akan tetap hidup bersama cinta Keysa selamanya walaupun kini Keysa telah tiada.
“Malam ini ‘Keysa Puspitasari’ menyatakan bahwa besok akan menyatakan cinta kepada ‘Nugie Pratama’. Kalau kata Vierra sih aku tak mau menunggu terlalu lama. hehe.. Tapi bagaimana seumpama aku ditolak?” kening Keysa pun berkerut.
Nugie merupakan teman sekelas Keysa. Dengan perawakan jangkung, putih bersih, cuwek (baca: cool), dan jago basket sudah cukup mampu menarik perhatian para gadis. Keysa sangat bangga dengan dirinya sendiri. Pasalnya dia adalah anak perempuan satu-satunya yang bisa dekat dengan Nugie, sang pangeran berkuda putih di sekolahan. Hal ini tidak lain karena Keysa teman sekelas dan sebangku Nugie. Lama kelamaan hubungan pertemanan itu berubah menjadi persahabatan. Dimana ada Nugie pasti disitu ada Keysa.
Namun hanya satu yang dibingungkan Keysa tentang Nugie “Kok sejak pertama sahabatan, Nugie belum pernah punya pacar? Atau jangan-jangan dia gay lagi. Idiih.. amit-amit! Jadi ini alasannya kenapa selama ini dia selalu nolak wanita yang nembak dia? Masak iya sih. Gak mungkin,. gak mungkin.” Pikiran Keysa menjadi nglantur setiap kali nama Nugie masuk ke dalam otaknya. Diapun berusaha keras menghilangkan pikiran-pikiran paranoia itu dan menenangkan diri dengan berpikir bahwa mungkin Nugie belum menemukan wanita yang diidamkannya. Sebelum pikiran itu menjadi-jadi, dia segera menutup buku hariannya dan bergegas tidur.
Dengan semangat tinggi Keysa memasuki gerbang sekolah. Tanpa ia sadarai ada sebuah mobil mewah memasuki kawasan sekolah. Mobil itu berhenti dan muncullah sosok yang diidamkan Keysa. Keysa ragu-ragu untuk menyapanya. Nugie yang ia kenal selalu naik sepeda ke sekolah. “Apakah benar itu Nugie?” ia terus bertanya-tanya. Dia belakang Nugie keluarlah seorang wanita cantik dengan kaki jenjang, rambut panjang, pokoknya idaman para laki-laki deh. Keysa bahkan tak yakin pernah menjumpai wanita itu di sekolahnya. Setelah mengantarkan Nugie, wanita itu kembali ke dalam mobil dan segera pergi.
“Kurasa wanita itu bukan berasal dari sekolah kita”,kata salah seorang wanita di samping Keysa yang juga mengamati wanita yang baru mengantarkan Nugie. “Seragamnya saja berbeda dengan kita”, tambahnya. “Wah.. gak ada kesempatan dong buat aku”, kata temannya dengan mimik muka sedih.
“Aku juga”, batin Keysa dalam hati.
Selama perjalanan menuju kelas, Keysa tampak bingung dan tak percaya dengan apa yang dilihatnya. Tiba-tiba dari belakang ada seorang yang merangkulnya. “Hei cantik?” sapa Doni, “Kenapa wajahmu kusut sekali? memikirkan aku ya? tambahnya cengengesan. Tetapi Keysa tak memberikan respon sedikitpun dan semakin mempercepat langkahnya.
“Hei, kenapa sih?” kata Doni berusaha mengimbangi langkah kaki Keysa. Mungkin Doni mengetahui siapa wanita itu, dia kan sahabat Nugie sejak kecil. Pasti Nugie sering cerita tentang wanita yang disukainya kepada Doni. Seketika itu Keysa menghentikan langkahnya yang membuat Doni ikut berhenti mendadak.
Baru Keysa ingin bertanya, namun bel sekolah mendahuluinya. “Enggak jadi, kapan-kapan aja deh aku tanya lagi,” katanya sambil melempar senyum kepada Doni. Senyuman inilah yang membuat Doni menjatuhkan pilihan hatinya kepada Keysa. Namun Keysa seolah tak peduli dengan sikap dan semua perhatian yang dia berikan. Di depan kelas mereka berpisah, Doni berbeda kelas dengan Keysa.
Keysa masih bisa melihat Doni dan Nugie berhigh five di depan kelas. Melihat wajah Nugie membuat Keysa ingat akan kejadian barusan. Rencana yang sudah dia persiapkan jauh-jauh hari terancam gagal total. Jika benar cewek itu pacar Nugie, berarti sudah tidak ada tempat di hati Nugie untuknya. Hal itu berarti Keysa harus mengubur hidup-hidup perasaan yang selama ini dia pendam. Tapi apakah setelah itu mereka masih bisa berjalan sebagai sahabat seperti semula? Bukankah akan terasa menyakitkan jika terus di dekatnya. Keysa semakin bingung dengan pikiran-pikiran paranoid yang antre di kepalanya.
“Hai Cicak?” Ledek Nugie, namun Keysa malah melengos pergi.
Nugie sadar ada yang berubah dengan Keysa. Nugie menebak-nebak apa yang terjadi dengan sahabatnya satu ini hingga membuatnya menjadi aneh. “Apa bau badanku gak enak?” batin Nugie tak yakin. Segera dia menciumi bajunya,“Wangi kok, Trus apa?” Seketika itu raut wajah Nugie cerah. Dia telah mengetahui apa penyebab perubahan sikap Keysa. “ Ini pasti masalah yang sangat penting, sangat sensitif, sangat temperamen, dan bila salah sedikit bawaannya mesti marah-marah, kalau gak gitu jutek. Aku tahu masalah ini, dia pasti lagi jeng..jeng..‘SAKIT GIGI’. Haha..” Nugie cekikikan sendiri dengan pikiran konyolnya. Sementara di sampingnya Keysa hanya duduk diam, menyimpan seribu tanya.
Nugie yang sedari tadi mengamati Keysa merasakan perubahan yang amat sangat dan justru hal ini sangat mengganggu Nugie. Pasalnya setiap hari mereka bercanda, tertawa bersama, dan saling mengejek satu sama lain. Satu-satunya yang membuat Nugie betah di kelas adalah Keysa. Tetapi hari ini, menolehpun tidak Keysa lakukan. Setiap pertanyaan yang Nugie sampaikan tidak pernah dijawabnya, atau hanya dijawab Keysa dengan singkat.
“Sekaranglah waktunya,” batin Keysa setelah bel akhir tanda pelajaran telah usai berbunyi. Kali ini Keysa berniat menanyakan semua hal yang mengganjal pikirannya kepada Nugie. Dia menunggu waktu agak lama sampai semua teman sekelasnya meninggalkan kelas. Namun tak disangka Nugie malah memelototinya, dan tak lama setelah itu dia memeberondongi Keysa dengan banyak pertanyaan.
“Cak lo napa sih? Marah ya sama gue? Kalau lo marah sama gue bilang dong, jangan diam saja. Kalau lo diam, mana gue tahu?” tanya Nugie dengan nada agak jengkel.
Butuh waktu agak lama bagi Keysa untuk mencerna pertanyaan yang dilontarkan Nugie barusan. “ Kau ingat bagaimana pertama kali kita bertemu?” kata Keysa. ”Kita berada dalam daftar siswa baru yang mendapatkan hukuman. Kau duduk di sebelahku dengan memakai seragam SMP dan topi kantong plastik. Itu merupakan suatu kenangan yang lucu, hingga akhirnya kita menjadi sahabat sampai saat ini,” tambahnya. Sedangkan Nugie berusaha mencerna apa maksud perkataan Keysa barusan.
“Tapi aku salah, sangat salah. Maafkan aku karena aku tidak bisa menjaga persahabatan ini dengan baik,” lanjut Keysa yang membuat Nugie kebingungan. “Aku memiliki perasaan yang lebih dari sekedar sahabat. Aku tahu ini tidak salah, tetapi diriku sendiri tidak bisa menghindarinya. Apa yang harus aku lakukan?” tanya Keysa kepada Nugie.
Nugie hanya diam, dia tidak tahu harus memberikan respon apa kepada Keysa. Batinnya tidak percaya apa yang barusan Keysa ucapkan, pernyataan cintakah? Haruskah dia senang karena ternyata Keysa memiliki perasaan yang sama dengannya. Namun saat ini ada Nadine di sisinya.
Doni yang sedari tadi mendengarkan pembicaraan Keysa dengan Nugie dari balik pintu menyadari bahwa satu-satunya laki-laki yang ada di hati Keysa adalah Nugie. Seberapa keraspun dia berusaha untuk mendapatkan cinta Keysa, namun semua itu hanya sia-sia. Dia pun beranjak pergi dari tempat itu.
“Astaga..!” kata Keysa kaget. “Kau berpacaran dengan gadis yang tadi pagi?” tambahnya. “Maksudku.. pin yang ada di tasmu. Apakah itu inisial nama kalian berdua, NN?”
“Hah?” kata Nugie linglung, berharap Keysa tak pernah menanyakan hal itu. “Oh ini.. Memang benar ini adalah inisial namaku dengan Nadine. Kami jadian kemarin” kata Nugie menunduk, dia terpaksa harus mengatakan ini. Cepat atau lambat Keysa pasti akan mengetahuinya walaupun berusaha dia tutupi.
“Maaf Sa, bukan maksudku untuk menyakitimu. Tapi memang sebaiknya kita bersahabat saja. Kamu adalah orang yang special bagiku dan aku tak bisa melukai hatimu Sa. Aku tahu jika bersamaku, kau akan banyak terluka” kata Nugie dengan suara yang hampir pecah, suaranya seperti tertahan di kerongkongan.
Mendengar kenyataan ini membuat Keysa tak kuasa menahan bulir-bulir halus keluar dari matanya. Mungkin dia akan terima jika Nugie menolaknya sebelum dia memiliki Nadine. Tapi penolakan ini seolah cintanya telah direbut oleh gadis lain dan itu amat perih.
Nugie menoleh kepada Keysa dan kaget melihat Keysa menangis. “Kau tak apa-apa?” tanya Nugie berusaha menghapus air mata di pipi Keysa. Namun Keysa menepisnya dan menghapus air matanya sendiri. “Kau kira aku selemah itu? Aku tak apa-apa” kata Keysa berusaha tegar. Air matanya semakin tak terbendung walaupun berkali-kali dihapusnya. “Aku…aku tak apa-apa” katanya sembari berlari keluar kelas meninggalkan Nugie.
Keysa berlari dan terus berlari. Air matanya semakin banyak keluar. Dia menutupi wajahnya dengan kedua telapak tangan, malu kalau ada murid lain yang melihat dia sedang menangis. Keysa berlari semakin cepat tak memedulikan teriakan Nugie yang memanggilnya. Dia tak sadar bahwa dirinya telah berlari melewati gerbang sekolah. Tanpa dia sadari dari arah kanan ada sebuah metromini yang melaju dengan kencang. Dan akhirnya..
“Ciiiiiiiit……..Bruk!!!!!”
Keysa masih bisa melihat Nugie berlari menghampirinya. Dia juga mendengar Nugie memanggil-manggil namanya. Namun sedikit demi sedikit pandangannya buram, dia juga tidak bisa mendengar suara Nugie lagi. Dan semuanya menjadi gelap.
Di pojok kamar itu ada seorang anak laki-laki yang tak henti-hentinya menyalahkan dirinya sendiri, sesekali dia memukul kepalanya dengan kedua tangannya tanda dia sangat frustasi. Dari matanya terus keluar bulir-bulir air yang semakin lama semakin deras. Sorot matanya terus mengikuti lembar demi lembar buku harian yang ada di genggamannya. Tak lain orang itu adalah Nugie.
Buku harian itu milik Keysa. Kata demi kata di dalamnya mengisyaratkan betapa besar cintanya kepada Nugie. Dia menuliskan semuanya dari awal, saat mereka pertama kali bertemu, doa-doa Keysa setiap malam yang ditujukan untuk Nugie, dan terakhir yaitu kebulatan tekad Keysa untuk menyatakan perasaannya kepada Nugie.
Membaca itu semua hati Nugie semakin sakit dan dipenuhi penyesalan. Jika saja dia menuruti kata hatinya dan menerima cinta Keysa, pasti semua ini tak akan terjadi. Dia pikir persahabatannya dengan Doni adalah segalanya. Beberapa minggu yang lalu Doni mengatakan bahwa dirinya menyukai Keysa dan minta tolong Nugie untuk membantunya. Sebagai sahabat dia tidak mungkin menolak permintaan sahabatnya sendiri. Untuk itu dia terpaksa menutup hatinya untuk Keysa dan menerima wanita lain sebagai kekasihnya.
Kini yang tertinggal hanyalah penyesalan yang sangat dalam di hati Nugie. Seberapa besarpun usaha Nugie untuk tegar, namun kenangan akan Keysa akan terus melekat sampai akhir hayatnya. Dia akan tetap hidup bersama cinta Keysa selamanya walaupun kini Keysa telah tiada.
THE
END
Tidak ada komentar:
Posting Komentar